Artikel – Islamic Painting

By: G. Sukaton

Islamic Painting sebagai Uslub (Strategi) Dakwah lahir dari rasa prihatin atas nasib generasi kaum muslimin yang mengalami penurunan kualitas, baik tsaqofah maupun syaksiyah-nya, bila dibandingkan dengan generasi awal.

Dilandasi semangat untuk membendung derasnya arus pemikiran asing yang berseberangan dengan aqidah Islam, kemudian dipaksakan secara sistematis menjadi aturan yang mendikte pola berpikir, pola sikap, dan gaya hidup kaum muslimin dalam sebuah kurikulum pendidikan.

Karena ini adalah sebuah pemikiran kontemporer dari seorang yang sedang berproses dalam upaya pencarian, maka dalam perkembangannya akan sangat dipengaruhi oleh proses pematangan penggagasnya itu sendiri. Meskipun demikian, metode Islamic Painting relevan untuk diterapkan di semua lapisan, baik pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum.

Islamic painting dibangun oleh dua unsur utama yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu kesatuan tak terpisahkan dalam upaya memahaminya, yaitu unsur fisik dan unsur mental.

Pertama, unsur fisik terkait dengan materi lukisan itu sendiri yang tidak boleh bertentangan dengan hukum syara. Ada batasan-batasan tertentu yang sudah diatur oleh syara dan tidak boleh dilanggar oleh perupa. Mengemban misi syiar Islam yang sangat kuat tergambar dari tema-tema lukisan yang diangkat.

Kedua, unsur mental terkait dengan personality pelukisnya sendiri, yang harus memiliki kepribadian Islam, terbentuk oleh aqliyah (pola pikir) dan nafsiyah (pola sikap) khas Islam yang teraplikasikan dalam setiap tindakannya dalam menjalani hidup. Terlihat adanya rasa keterikatan yang kuat pada hukum syara, yang direfleksikan juga dalam setiap karyanya.

Kedua unsur tersebut menginternalisasi dalam diri seorang pelukis sehingga membentuk pribadi seorang muslim yang khas. Ia dapat bersosialisasi dengan berbagai kalangan tanpa kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim. Jika hanya salah satu unsur saja yang nampak, maka itu belum cukup dinamakan Islamic Painting.

Lebih jelasnya, Islamic Painting adalah ekspresi seni rupa yang mampu mengantarkan baik pelukis maupun penikmatnya pada suatu kondisi keimanan, sehingga yang bersangkutan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis, yang dalam filsafat Jawa dikenal dengan istilah sangkan paraning dumadi:

  1. Darimana ia berasal?
  2. Untuk apa ia hidup?
  3. Hendak ke mana ia setelah mati?

Jawaban yang tepat adalah yang dapat memuaskan akal, menenangkan hati, serta sesuai dengan fitrah manusia, yang akan mengantarkannya pada aqidah yang benar-benar lurus.

Sahabat Budiman, untuk menjawab tiga pertanyaan tersebut di atas, tidak ada jalan lain kecuali dengan memupuk keimanan di dalam dada dengan cara yang benar pula, sehingga tumbuhlah kesadaran berpikir dan beramal shalih dengan landasan pemahaman Islam kaffah.

Dengan keimanan yang teguh itulah, hakikatnya seorang seniman mampu mengekspresikan rasa seni atau nilai estetik di dalam benaknya menjadi sebuah karya lukis yang memiliki cita rasa seni yang bernilai tinggi tanpa harus bertabrakan dengan hukum syara.

Intuisi
Meskipun demikian, untuk menggali cita rasa estetik yang matang, masih diperlukan lagi satu instrumen penting yang telah ada pada diri manusia sejak ia dilahirkan ke dunia. Instrumen itu tidak lain adalah intuisi. Selanjutnya, pekerjaan tidak ringan yang harus dilakukan adalah menggali dan mengasah intuisi itu sendiri. Untuk melakukannya, seorang perupa dapat melatih diri dengan banyak referensi yang dibuat oleh ahlinya.

Namun demikian, harus dipahami bahwa upaya tersebut tetap tidak mungkin dapat menjangkau keindahan hakiki. Hal ini dikarenakan, seperti yang tersirat dalam firman-Nya:

“tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,” (Al Hujurat [49]:7)

Sebaliknya, bila rasa seni (baca: keindahan) yang diekspresikan itu tidak dibangun di atas landasan keimanan yang benar, maka yang tersaji hanyalah kesombongan dan kebodohan. Sebuah karya kesia-siaan yang sama sekali jauh dari nilai-nilai estetika, sebab hanya mengikuti persangkaan akal sempit dan hawa nafsu yang tidak dibimbing oleh wahyu, sehingga berakibat merusak serta menyesatkan.

Hal tersebut tampak pada firman Allah berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan).” (An Naml[27]:4)

Inilah yang menyebabkan tampilnya perupa-perupa yang senang memamerkan lukisan-lukisan yang mengeksploitasi sensasi aurat wanita. Allah jadikan pandangan mereka yang tidak beriman menjadi indah melihat lukisan-lukisan yang kurang memperhatikan unsur-unsur spiritual dan edukatif itu.

Seniman tidak hidup di ruang hampa yang bebas nilai, lepas dari sistem aturan dan persoalan sosial. Ada pekerjaan lain yang menjadi tanggung jawabnya juga, selain mencari nafkah dan mengekspresikan rasa seni. Ada pula perseteruan abadi yang berlangsung hingga akhir zaman, yaitu perseteruan antara manusia dan setan yang tidak henti-hentinya menggoda untuk menyesatkan manusia dari jalan (Allah) yang lurus.

Seperti firman Allah selanjutnya:

“dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk,” (An Naml [27]:24)

Penutup
Sehebat-hebatnya seorang kurator seni menafsirkan nilai estetika yang tersirat pada sebuah karya seni rupa, dia tidak akan sanggup menafsirkan keindahan hakiki yang telah Allah janjikan di surga bagi orang-orang yang sabar dalam ketakwaan. Karena cita rasa seni tertinggi yang mampu dicerap oleh indera penglihatan manusia, meskipun telah melalui proses latihan panjang dan kontemplasi yang dalam, hakikatnya adalah pemberian Allah Swt. Yang Maha Penyayang sebagai salah satu wujud kasih sayang-Nya terhadap manusia.

Firman-Nya:

Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (As-Sajdah [32]:17)

Wallahu 'alam

Ingin mengembangkan bakat seni lukis Anda?
Kunjungi Sanggar Lukis Bogor, tempat belajar seni rupa dengan suasana inspiratif dan edukatif.

Alamat:
Harjasari, Jl. Rulita II Ciawi No. 14, RT 03/02, Kec. Bogor Selatan - Kota Bogor
Mobile: 0817-0711-072
Email: gsukaton@gmail.com
Website/Blog: sekarimage.blogspot.co.id

Logo Sanggar Lukis Bogor

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *