Dunia Berada di Ujung Telunjuk Anakku

By: G. Sukaton

Dunia berada di ujung telunjuk anakku kini
Luasnya hanya beberapa inci
Dalam situs-situs maya anakku bersembunyi
Membangun istana dengan tangannya sendiri

Anakku, di mana kamu kini?
Berabad dia tak kembali
Jiwanya yang dahaga kian rekah, tidak bisa lagi disusui
Untuk masuk ke biliknya, aku harus tahu kode sandi
Tiap menit napasnya adalah eksplorasi
Update status membangun jaringan, tempatnya sembunyi

Di manakah kau, anakku?
Kita dipisahkan oleh peradaban
Padahal engkau hanya duduk di situ
Bahkan desahmu dapat aku rasakan
Saat kau retas rahasia terlarang dalam dua abjad bantuan
Aku pun terjungkal ditelikung jejarimu
Coba mengejar dan berseru, jangan!
Tapi ke balik jejaring kau cepat berlalu
Jejakmu tak terekam pengamatan

Dunia tak berdinding di bawah telunjuk anakku
Banjir informasi menenggelamkan perahu akalmu
Yang teranyam dari pongah kebodohanku
Pasar dunia menggenang di tas sekolah dan buku
Bahkan tugas dari guru kau beli di situ
Aku pun terjungkal ditelikung jejarimu
Coba menawar waktu untuk bertemu
Dalam putaran detik semakin cepat berlalu
Tapi jejari anakku begitu cepat tak terburu

Di manakah kau, anakku?
Aku merindukan lagi rengekmu
Memecahkan pekerjaan rumah seperti dulu
Melayarkan perahu zaman di tawamu
Menghitung biji dacon dari tangan ibu
Masa kini memang milikmu
Tanganku kian rapuh, tak sanggup lagi merebut waktu

Dunia maya mengambang di ujung jemari anakku
Detik-detik menggelombang di ingatanku
Bayangan masa lalu adalah jarak yang tak dapat kutempuh
Aku berteriak sepenuh langit di sunyi bumi pencarian
Tapi engkau semakin jauh melayari gelombang pulsa
Dan aku ternganga menghitung kecepatan jarimu
Berlompatan di atas keyboard, menertawakan aku
Maka aku pun beku dalam dekapan waktu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *