Penulis : Jumadi Subur (direktur@roudlotuljannah.sch.id)
Work with purpose.
Di pintu akhirat, Malaikat bertanya pada seorang yang belum lama meninggal dunia, “Apa pekerjaanmu di dunia?” Lelaki itu menjawab, “Sopir metro mini, Pak.” Lalu malaikat memberikan tempat istirahat yang mewah, kasur empuk, dan peralatan yang semuanya terbuat dari emas.
Lalu malaikat berpaling pada seorang lainnya, dan bertanya hal yang sama. Lelaki itu menjawab, “Saya pimpinan perusahaan sekaligus penceramah.” Lalu malaikat memberikannya kamar yang kecil dan sederhana. Seketika ia protes kepada malaikat, “Mengapa saya kalah dengan sopir metro mini itu?” Dengan santai malaikat menjawab, “Waktu ceramah, engkau membuat orang-orang mengantuk. Sedangkan dia kalau bawa mobil sambil ngebut membuat orang-orang berdoa.”
Hehe. Hanya cerita jenaka.
Saya sering bertanya kepada audiens ketika training atau seminar, berapa banyak waktu yang kita pakai untuk bekerja? Sebagian besar kita bekerja 8-10 jam sehari. Berarti hampir 1/3 waktu kita habis di waktu kerja. Alangkah ruginya kita, jika demikian besar waktu kita pakai bekerja itu tidak menghasilkan tabungan amal untuk menuju surga.
Bandingkan dengan waktu yang kita pakai untuk menunaikan sholat dalam sehari atau untuk menjalankan ibadah mahdhoh lainnya. Jika kita sholat plus dzikir rata-rata 15-20 menit setiap waktu sholat, berarti hanya 100 menit kita luangkan waktu untuk sholat. Apakah Anda yakin bahwa kita ibadah itu cukup untuk bekal menuju surga?
Lantas bagaimana agar kerja kita bernilai ibadah? Semua berawal dari niat. Niat adalah pondasi paling mendasar dari semua aktivitas kita. Akan jadi ibadah atau tidaknya kerja kita, semua tergantung dari niat kita.
Allah mengajarkan kita untuk doa yang sempurna: Dan diantara mereka ada yang berdoa, ”Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, kebaikan di akhirat, dan lindungi kami dari api neraka.” (QS. 2:201). Itulah yang saya sebut dengan purpose. Pondasi utama dalam bangunan amal. Niat, tujuan atau juga visi hidup adalah dasar paling penting dalam memilih profesi. Profesi apa yang paling tepat, yang akan mendukung tujuan hidup kita yang utama. Tentu saja tujuan hidup bagi orang beragama tidak hanya tujuan di dunia, namun juga tujuan hakiki kita, tujuan akhirat.
Contohnya, saya punya visi akhirat 'mati syahid dan masuk surga tanpa hisab', maka profesi pilihan saya haruslah mendukung visi hidup ini. Dengan demikian pekerjaan saya seharusnya pula menjadi sarana untuk mencapai visi hidup
tersebut.
Inilah yang saya sebut dengan work with purpose. Work on mission.
Purpose, bukan hanya tentang harta, bukan tentang dunia. Tapi ini tentang citacita besar manusia. Karya sangat dipengaruhi oleh seberapa besar niat kita. Awali semua berdasarkan kesadaran: siapa kita, untuk apa kita ada dan mau kemana kita akhirnya?
Siapa kita, adalah proses memahami jatidiri. Kita manusia, diciptakan untuk dua tugas mulia: beribadah dan menjadi khalifah, wakil Tuhan di dunia. Jadi kerja (maisyah) adalah bagian pendukung dari tugas utama. Mencari nafkah agar bisa menjalankan tugas utama.
Sebagai khalifah, kita berperan untuk jadi agen perubah, menyeru manusia pada kehidupan fitrah, menjunjung iman dan menyebarkan kedamaian. Sebagai khalifah, pekerjaan kita sekaligus menjadi sarana dakwah, mengajak manusia menuju hidayah. Sehingga setiap bertemu orang menjadikan hatinya tergugah, tercerahkan dengan kebaikan dan kebenaran yang selalu ia tebarkan.
Mau kemana pada akhirnya? Ah, kita sudah tahu jawabannya, semua manusia pasti akhirnya mati. Namun yang esensi adalah bagaimana setelah mati? Hanya ada pilihan, surga tempat yang tinggi, atau neraka yang membara penuh siksa. Kita yakini itu semua. Orang waras tentu tahu mana yang menjadi pilihannya. Jika sudah begitu, apakah ada lagi tujuan lainnya? Jadi sepakat dengan saya, ya. Bekerja, tujuannya adalah menjadi sarana untuk booking rumah di surga. Beli kapling untuk tempat tinggal kita abadi dalam bahagia.

Work with passion.
Faktor kedua yang akan menjadikan pekerjaan kita sebagai wasilah atau sarana untuk mengumpulkan amal menuju surga adalah jika kita mencintai profesi tersebut. Pekerjaan yang sesuai dengan passion kita.
Jika bekerja sesuai dengan passion, kita merasa enjoy dalam menekuni profesi. Passion juga memungkinkan kita menjadi ahli (expert) dalam bidang tersebut. Dengan demikian juga sangat memungkinkan kita mendapat penghargaan yang layak atas pekerjaan ini. Kita lebih dihargai.
Enjoy itu bekerja sesuai minat dan kompetensi, sehingga selalu menikmati setiap jenak pekerjaannya, senang melakukan tanpa paksaan, rela berkorban untuk menjalankannya. Karena enjoy, maka ia menikmati, karena menikmati dengan senang ia selalu berusaha upgrade diri, meningkatkan kompetensi, bertanya kepada yang lebih ahli. Kemudian ia juga menjadi ahli. Menjadi expert!
Dan seorang ahli selalu memiliki nilai terpuji, bahkan kadang tidak terukur dengan materi. Expert selalu dicari, jadi rujukan dan dimintai pendapat jika ada permasalahan. Orang yang expert selalu sarat prestasi, jadi referensi, mendapat penghargaan yang tinggi. Bekerja dengan passion, menjadikan kita mencintai profesi. Karena cinta, menjadikan kita ikhlas melakukannya. Ikhlas adalah faktor mahapenting untuk menjadikan pekerjaan sebagai bagian dari ibadah. Inilah work with passion...
Work with peak-performance.
Dan faktor ketiga adalah tekad untuk memberikan hasil terbaik melalui profesi kita. Selalu bertekad menciptakan prestasi-prestasi. Sebagaimana sabda Rasulullah agar semua muslim bekerja dengan itqan, dengan profesional. Bekerja dengan profesional ditunjukkan dengan performance kita dalam bekerja. Disini dibutuhkan integrity dan ability. Integritas adalah karakter unggul yang membalut profesionalisme kita. Kejujuran, ketaatan pada aturan, kemauan untuk mengembangkan diri dan mencipta prestasi.
Ability adalah kemauan dan kemampuan dalam melakukan pekerjaan. Ability meliputi skill, knowledge dan attitude terbaik sebagai bekal kita untuk bekerja. Dan performance selalu diukur dengan result. Apa yang kita hasilkan selama kita bekerja, periode demi periode.
Give the best get the best. Saya yakin jika kita memberikan yang terbaik maka kita akan mendapatkan yang terbaik. Terbaik artinya tidak puas hanya dengan hasil baik. Apalagi hanya cukup, pas-pasan apalagi kurang. Berikan yang terbaik maka Allah akan membentangkan jalan.
If there is will, there is a way. Dimana ada keinginan akan ada jalan. Man jadda wajada. Mengapa harus setengah hati untuk melakukan yang terbaik? Bukankah Allah telah menjanjikan untuk memberi jalan bagi orang-orang yang benar-benar berniat untuk berjihad di jalan-Nya?
Orang-orang terbaik selalu meninggalkan jejak terbaik. Apapun alasannyatatkala harus berganti tempat kerja, apakah pindah perusahaan atau berhenti karena tiba waktunya pensiun atau mungkin juga beralih profesi untuk mengejar passion-nya, maka syarat paling penting adalah meninggalkan jejak prestasi. Tinggalkan jejak terbaik, sehingga kelak Anda dikenang sebagai pemenang, bukan pecundang. Orang yang ingin menjadikan pekerjaannya sebagai bagian dari ibadah, sebagai sarana menuju surga, haruslah menunjukkan prestasi terbaik dalam bekerja. Work with peak performance.
Jadi ada tiga hal yang paling penting agar kerja berbuah surga: purpose, passion dan performance. Semua itu kita jalankan dengan keikhlasan, hanya Allah lah sebagai puncak ketulusan dan tujuan utama atas semua pencapaian kita dalam bekerja.
Pencapain itu pada akhirnya bermuara pada tujuan hidup, bahagia dunia, bahagia di akhirat. Pencapain seperti itu hanya bisa diraih oleh orang yang memiliki daya juang, semangat yag terus menyala, stabilitas mental dan kemantapan iman. Sebuah pencapaian yang hanya bisa diraih dengan terintegrasinya semua potensi. Cerdasnya hati.
@jumadisubur